Kamis malam (28/7), saya sedikit kaget ketika membuka ponsel untuk berselancar di situs jejaring Facebook. Sebuah akun program berita Metro TV, "Suara Anda", menulis status seperti berikut :
Mungkin di kepala Anda dan saya berbeda menanggapinya. Namun bila ditilik dari komentar-komentar pembacarnya, sebagian besar dari mereka merasa kecewa dengan Metro TV. Hal ini tak terlepas dari berita yang berkembang sebelumnya. Nasional Demokrat, yang awalnya menyatakan diri organisasi massa (non parpol), yang salah satu pendirinya adalah Surya Paloh (pemilik Metro TV), kini telah berubah status sebagai partai politik.
Masyarakat saat ini membutuhkan sumber informasi yang independen. Namun kenyataannya, sulit sekali menemukan media massa yang independen. Pemilik-pemilik media massa adalah orang yang sukses membangkitkan paham kapitalis di Indonesia. Contohnya, Viva Group yang dimiliki oleh konglomerat Bakrie. Masyarakat kecewa, dimana lagi mereka bisa menemukan sumber informasi yang kredibel dan independen, dengan berita yang tidak memihak dan bukan untuk kepentingan suatu golongan atau parpol (termasuk saya juga kecewa sih, hehe..).
Ditambah lagi dengan status di atas, wa.. tambah kecewa deh masyarakat. Dari segi public relations, status tersebut menyiratkan Metro TV kurang professional dalam bekerja. Mengapa harus melaporkan kepada publik? Bukannya melaporkan kepada pihak berwajib bahwa kaset rekaman mereka hilang. Apa ingin mendapat simpati publik? O ow, sungguh salah langkah kalau begitu.
Citra Metro TV sebagai "Election Channel" di masyarakat kini sudah sukses tergerus dengan berita Parpol Nasdem itu (ya jelas, bagaimana mau jadi Election Channel lagi kalau yang bikin ikutan pemilu juga. Bisa jadi alat propaganda dong), terlebih dengan status yang terlihat "sepele" namun hal ini bisa berimbas besar terhadap kepercayaan masyarakat. Padahal kepercayaan itu adalah intangible benefit, suatu aset mahal yang sulit diraih. Namun aset itu bisa hilang hanya dengan pemberitaan seminggu ini. Wah, sungguh disayangkan..
Saya juga bingung, apakah tidak ada aturan perusahaan atau dari produser program tentang penyebaran informasi melalui jejaring (Facebook atau Twitter)? Saat ini sedang tren sekali, para penyedia berita mempublish headline atau judul berita melalui status atau tweet untuk mendapatkan respon cepat dari pembaca. Namun, hal ini kan di luar konten penyiaran, mengapa bisa muncul ke publik? Apa ada pihak TV mengetahuinya?
Sampai detik ini belum ada konfirmasi dari pihak Metro TV (entah permintaan maaf atau apalah gitu) tentang isi status di atas. Padahal publik sudah mengkritisi habis-habisan di status Facebook. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran untuk semuanya, hati-hati menyebarkan informasi melalui Facebook.
Jika komentar saya masih semerawut dengan gaya bahasa yang semerawut juga, mohon dimaafkan. Saya sedang melatih untuk menulis features. Hehehe.. Semangat ^_^
No comments :
Post a Comment