Terkadang kita tidak tahu kemana Tuhan akan membawa kita,
termasuk saat Tuhan mempertemukan saya dengan adik-adik pemulung di Bintara.
Saya adalah relawan dari Rumah Singgah Balarenik, sebuah
rumah singgah yang membina anak jalanan dan dhuafa di Cakung Jakarta Timur
sejak Januari 2010. Balarenik adalah cinta pandangan pertama saya. Ibarat
rumah, saya seperti tak bisa meninggalkannya walau berkelana ke organisasi
sosial manapun.
Di akhir November 2012, Mpok Sulis (salah satu relawan juga
di Balarenik) bercerita tentang ada sebuah kelompok besar pemulung di tengah
perumahan di Bintara Bekasi Barat. Awalnya saya tak percaya, sampai beberapa
hari kemudian saya diajak ke lokasi tersebut. Takjub? Ya. Kami masuk dari
sebuah perumahan yang bagus dan rapi, lalu jalanannya menurun dan semakin
sempit, dan... terlihat sebuah lapangan besar dengan banyak sekali lapak
non-permanen.
|
Lapak Pemulung di Lapangan 2 Kelurahan Bintara |
Balarenik memutuskan untuk mulai membina adik-adik pemulung
di sini. Ada sekitar 40-an anak yang kami bina, itu pun tidak semua anak ingin
atau diperbolehkan oleh orang tuanya. Karena keterbatasan relawan, saya pun
tidak lagi mengajar di rumah singgah, melainkan pindah menjadi koordinator di
Sanggar Balarenik Bintara. Karena belum memiliki tempat sendiri, kami menumpang
di mushola setempat untuk belajar bersama tiap hari Sabtu pagi.
|
Mushola tempat Sanggar Balarenik belajar |
Karakter anak-anak pemulung berbeda dengan anak jalanan. Mereka
tidak begitu ‘cepat dewasa’ seperti anak jalanan, perkembangan psikisnya masih
seperti anak-anak pada umumnya. Namun mereka banyak mengalami gangguan
kesehatan, seperti batuk, pilek, flek paru-paru, atau sakit kulit. Mungkin
karena lingkungan yang kurang ramah sebagai tempat tinggal dan bermain anak.
Saat mengajar, saya selalu sedia betadine atau tissue. Terkadang saya juga
harus membersihkan luka anak-anak yang terbuka. Kalau sudah satu anak
dibersihkan lukanya, biasanya anak lain juga ikut minta dibersihkan lukanya.
Hehehe... Mereka kadang memang manja :)
|
Ujang, Jeje, Nurul, dan kawan-kawan |
Cara belajar adik-adik Bintara pun berbeda dengan anak
jalanan. Kalau anak jalanan lebih suka belajar dengan cara bermain, seperti
bernyanyi atau olah tubuh. Bagi adik-adik Bintara, yang namanya belajar ya
harus dengan pensil dan buku. Mereka tak mau belajar tanpa pensil dan buku.
Bagi mereka mewarnai, menyanyi, menari, itu belum belajar. Salah satu tantangan
yang berat saat mengajar adik-adik di Bintara adalah mereka bahkan belum tahu
cara memegang pensil. Kami harus mulai benar-benar dari nol.
|
Meski tanpa meja belajar, adik-adik tetap semangat |
|
Foto bareng setelah belajar |
|
Harus sabar mengajarkan adik-adik memegang pensil |
|
Neneng (tunarungu, 11th) sudah bisa berhitung lancar sampai 20, lho! |
|
Sri (atas) dan Iyah (bawah) menggambar anggota keluarganya |
Di Bintara, banyak adik-adik yang belum bersekolah padahal
usianya sudah 7 sampai 11 tahun. Kebanyakan dari mereka juga ikut orang tuanya
memulung, terutama di sore hari. Sebagian besar adik-adik tidak punya akte
kelahiran, hal itu juga yang menyulitkan mereka mendaftar di sekolah umum.
Sesekali saya juga berkunjung ke rumah adik-adik, mengobrol
dengan orang tua mereka. Para orang tua begitu baik dan ramah menyambut saya.
Kami berbincang banyak, tentang penghasilannya, pekerjaan memulungnya, atau
sekedar curhat-curhatan. Akhirnya, tercetus ide untuk menulis penelitian
tentang masyarakat pemulung di Bintara. Alhamdulillah, penelitian tersebut
membawa saya sebagai Juara 1 mahasiswa berprestasi tingkat universitas dan akan
dipresentasikan juga di tingkat Kopertis Wilayah VI bulan ini. Selain itu,
essay saya tentang adik-adik pemulung di Bintara juga mengantarkan saya ke
Indonesia Youth Forum 2013 di Bandung akhir Mei mendatang.
|
Curhat session dengan para ibu, hehehe... |
Selama lima bulan saya belajar bersama dengan adik-adik pemulung
di Bintara banyak kegiatan yang kami lakukan. Kegiatan ini juga tak terlepas
dari kebaikan-kebaikan para donatur dan relawan lain yang mendukung aksi sosial
ini.
|
Dapat donasi alat tulis dari Rumah Singgah Balarenik |
|
Bernyanyi dan berjoged kupu-kupu |
|
Membuat bunga dari kertas dan kartu ucapan untuk Hari Ibu |
|
Membantu renovasi mushola tempat Sanggar Balarenik Bintara |
|
Nonton Bareng Kick Andy & Cinema XXI |
|
Outbond di Talaga Cikeas (28/3) |
|
Menemani Ibu Giwo syuting di Sanggar Balarenik Bintara
untuk Tupperware She Can (9/4) |
Berkenalan dengan adik-adik pemulung di Bintara, tak hanya
pengalaman baru bagi saya. Kami saling bertukar ilmu, mereka belajar baca,
tulis, dan hitung, kami (para relawan) pun belajar banyak tentang kehidupan dan
kesabaran dalam mendidik. Saya pribadi saat ini mengerti dan sangat berterima
kasih kepada Ibunda dan guru-guru saya, pasti sulit sekali mengajarkan
anak-anak yang tidak tahu apa-apa sampai akhirnya bisa membaca, menulis, dan
berhitung.
|
Foto bersama kakak-kakak Relawan yang SUPER!! |
Mendidik tak hanya menjadi tanggung jawab orang tua atau
guru di sekolah. Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan, hal itu pun
tercantum dalam undang-undang. Namun, bagaimana jadinya jika kita hanya
berharap pada pemerintah dengan urusannya yang banyak itu? Tanpa perlu
mengeluarkan uang jutaan rupiah kita juga mampu melakukan kegiatan mendidik.
Dengan konsistensi yang kita jalankan, Tuhan pun akan memberikan jalan untuk keberlanjutan
kegiatan kita.
Tak ada satu pun anak yang ingin terlahir miskin dan bodoh.
Jika orang tuanya atau pemerintah belum bisa memenuhi hak pendidikannya, maka
kewajiban kita untuk membantunya. Meskipun hanya mengajarkan satu huruf dan
memberikan senyum kita, pasti sudah membahagiakan bagi mereka.
|
Jajan es dulu bareng adik-adik, hehehehe... |
Selamat Hari Pendidikan Nasional, mari mendidik sejak
muda...
hebat banget deh sista yang satu ini. keep the good work sis :)
ReplyDeletebtw, blogmu kok sepi say? sering2 blogwalking biar banyak tamunya say...
iya mba Ratu, alhamdulillah blogwalking bermanfaat sekali :)
DeleteBagus mbak
ReplyDeletealhamdulillah, terima kasih :)
DeleteHappy Sunday,, How do you do? Introduce my self, Muhammad Zulham S.Si, 24 years Old, I have had Job , I am banker, I want to make my weekend usefull with Teach anak Kurang Mampu,, I want to spend my Life to share what I have with others, Please Give me them :) Thank You (085275833750)
ReplyDeleteDear Zulham, sorry for late respond... I'm not teaching at Balarenik anymore since i've had to finish my thesis. You can contact Mr.Agusman (Head of Balarenik Foundation) at 0813-1783-4959
DeleteWah kak seneng yah kalo bisa bermanfaat buat orang lai. Aku Ernie kak, pengen banget bisa jadi relawan kaya kakak, keinginan aku buat membantu belajar adik-adik seperti di sanggar balerenik besar banget kak, ya walaupun basic aku dari pertanian kak. Aku domisili di bekasi timur kak, semoga kakak bisa bantu atau ngasih info untuk bisa jadi relawan di rumah singgah ya kak. Terima kasih.. :)
ReplyDeletecontact (erniehartini@ymail.com)
Haii ernii... kita sambung lewat email ya :)
Deletebagus bngt mba....sy tau lokasinya d mn itu
ReplyDeleteWaah dekat dengan Bintara ya? Silakan main atuh ^_^
Deletehy,
ReplyDeletesepertinya disana seru...
boleh gabung...?
ini email saya, jika lolos tes. hehehee...
dedekwahyu08@yahoo.co.id
(bekasi punya gaya)
Halo Wahyu,
DeleteSalam kenal, saat ini saya tidak lagi berkegiatan di rumah singgah Balarenik, jika ingin main ke sana kamu bisa hubungi kak Agusman (Ketua Yayasan Balarenik) di 0813-1783-4959
Assalamualaikum mbak widy,
ReplyDeletePerkenalkan saya asri.. saya tertarik untuk bisa bergabung menjadi relawan. Kebetulan saya baru saja menetap di bekasi. Kira2 apakah saya bisa bergabung? (asri.hz05@gmail.com)
Halo Asri,
DeleteSalam kenal, saat ini saya tidak lagi berkegiatan di rumah singgah Balarenik, jika ingin main ke sana kamu bisa hubungi kak Agusman (Ketua Yayasan Balarenik) di 0813-1783-4959