Malam ini senang dan bangga sekali rasanya melihat adik-adik almamater SMF Ditkesad tampil di Olimpiade Indonesia Cerdas. Acara yang telah dilakukan taping pada Desember lalu (sudah ketahuan, sih..) akan dimenangkan oleh SMF Ditkesad. Wohow! Bangganya.....
Bagi yang tidak percaya, saya memang alumnus SMK Farmasi atau SMF Ditkesad tahun
Juara 1 Olimpiade Indonesia Cerdas untuk SMK Farmasi Sumber : Dokumentasi Bu Yanti |
Saya? Saya mungkin salah satu pengecualian di sekolah dulu. Saya bukan anak dengan nilai luar biasa (seperti teman-teman). Saya saja takjub melihat adik-adik di TV pintar sekali menjawab pertanyaan dan berhitung cepat. Hehehe....
Saat SD dan SMP, saya memang terbuai dengan nilai-nilai manis, pujian-pujian manis, banyak lomba dan penghargaan. Namun semua berbeda saat saya masuk SMF. Saya harus bersaing dengan 89 anak-anak luar biasa lainnya dengan kadar kecerdasan jauh di atas saya. Saya tidak berhasil menjadi anak yang menonjol.
Waktu kelas 1 SMF, saya sangat kesulitan menghafal text book. Maklum, kalau di farmasi salah satu huruf saja nama tanaman herbal ya gak mungkin benar. Saya pernah menangis kencang di rumah saking gak bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Saya merasa payah. Nilai saya hanya 20, 40, kemudian berusaha remedial dengan nilai 60, dan 70. Hanya memenuhi nilai kompetensi kurikulum saja. Terkadang saya bisa mendapat nilai 100, tetapi besoknya 20 lagi, 40 lagi. Huft....
Dua tahun lebih nilai sekolah saya begitu terus. Namun orang tua tidak tahu kalau nilai anaknya sejelek itu, karena setiap menerima raport nilai saya sudah hasil remedial (yang nilainya juga pas-pasan).
Sampai pada saat kelas 3, saya mempunyai wali kelas yang sangat perhatian. Beliau menegur nilai saya yang fluktuatif. Hari ini bisa 100, besoknya 20, kemudian 90, turun lagi jadi 30.
"Kalau hari ini kamu dapat 100, lalu pas UN dapat 20 bagaimana, Wid?" tegur Bu Yanti.
Wah, iya juga sih.... Takut banget saya kalau sampai gak lulus. Kasihan Ibunda sudah sekolahkan mahal-mahal masa anaknya dodol :(
Hari itu saya diberikan sebuah buku oleh Bu Yanti berjudul 'Belajar Rasa Cokelat'. Buku kecil sederhana itu ternyata membawa perubahan besar dalam hidup saya.
Apapun Soalnya, Makanlah Seakan-akan Itu adalah Cokelat
Begitulah kira-kira pesan dalam buku tersebut yang masih saya ingat, Sejak itu, saya berusaha 'melahap' soal apapun yang ada di depan saya. Saya belajar yang giat, jam 5 pagi sudah bangun dan belajar, malam belajar sampai jam 10. Istirahat cukup, berdo'a yang banyak. Menikmati proses selama menjelang Ujian Nasional.
Saya akhirnya dinyatakan lulus dari SMF Ditkesad dengan nilai rata-rata UN hampir sembilan. Seluruh kompetensi keahlian farmasi pun mendapat nilai sembilan. Semua berkat buku luar biasa dari Bu Yanti :)
Cokelat itu masih terasa nikmat....
Lebih dari 5 tahun lulus dari SMF Ditkesad, 'cokelat' itu masih terasa nikmat. Sampai sekarang. Saya menjadi terbiasa melawan mood jelek, saya terbiasa menghantam semua rintangan yang menghalangi tujuan saya, saya tidak takut menerjang badai saat berusaha, saya yakin 'gak selamanya sulit'... Jadi, ya hadapi aja! Kalau gak dihadapi nanti gak kelar-kelar susahnya, kan gak enak...
Resep cokelat itu masih saya gunakan sampai kuliah, dimana saya selalu berusaha memberikan effort lebih dalam setiap tugas, dimana saya gak takut membiayai perkuliahan sendiri, dimana saya gak malu ke kampus jualan chiki dan air mineral. Karena saya yakin, semua pasti akan terlewati... dan sekarang memang sudah terlewati dengan manis :)
Oh, Nilai 20....
Menyesal kah saya pernah mendapat nilai 20? Tidak.
Karena nilai 20, saya memahami rasanya jadi anak biasa saja yang tidak istimewa...
Karena nilai 20, saya tahu bahwa sesuatu yang sangat jelek pun bisa diubah...
Karena nilai 20, saya belajar menghargai besarnya usaha...
Karena nilai 20, saya belajar menghargai sebuah proses....
Karena nilai 20, saya mendapat pelajaran berharga luar biasa dalam hidup...
Terima kasih Bu Yanti yang telah memberikan resep cokelat kehidupan untuk saya.
Belajar dan berusaha lah senikmat makan cokelat :)
Inspiring sekali mak...
ReplyDeletesaya juga ah mau menikmati segala proses "berjuang" seperti makan coklat... atau sy ganti makan tiramisu krn lbh suka yg ini.
TFS mak
boleh juga tuh mak, ah ganti ah.... menikmati proses hidup seperti makan lasagna :D
Deletewaaaawww, dalam sekaliiii. Banyak makna yang didapat yaaa
ReplyDeletebanyak banget maaak... walaupun saya tersesat sekolah di farmasi :D
Delete"Apapun Soalnya, Makanlah Seakan-akan Itu adalah Cokelat" baiklaaahh kaka widy..
ReplyDeleteterima kasih mak kakak winda :D
DeleteBukunya Pinjem Dong :3 jadi pengen baca..
ReplyDeletebukunya udah dibalikin pas lulus, waaah udah lama banget itu :(
Deleteah gagal deh modus buat "modus ketemuan dengan cara minjem buku " ckckckc
DeletePinjem ke guruku aja yaaa :D
Delete