Taman Bunga Amarilis di Jogja sebelum rusak Sumber |
Namun kondisinya berubah dalam dua hari terakhir. Taman bunga cantik itu kini jadi rusak terinjak-injak oleh para pengunjung. Daya tarik kebun bunga ini pasti mempesona banyak orang untuk mengunjunginya, termasuk para remaja.
Remaja yang mau eksis dengan selfie ini justru malah menuai banyak kecaman lewat fotonya. Mereka banyak berfoto dengan menginjak bunga, bahkan hingga bunganya rata dengan tanah.
Saya pribadi sedih sekali melihat bunga-bunga yang cantik jadi rusak terinjak. Namun lebih sedih lagi lihat makian orang-orang di media sosial, bahkan ada yang sampai sumpah serapah. Memang kadang mulut orang di media sosial itu jahat banget ya. Sedih :(
Salah satu sumpah serapah di Facebook. Cek di sini statusnya kalau masih ada hehehe |
Apakah Ini Salah Mereka?
Woh dasar alay, gak punya otak, perusak lingkungan, bla bla bla...Gak pernah terpikirkah mengapa mereka bersikap seperti ini?
Apakah kita sebagai orang tua atau kakak sudah memberikan bimbingan dan teladan?
Apakah kita menegur mereka (dengan teguran yang mendidik) saat salah?
Apakah Bapak Ibu guru juga mendidik mereka untuk berkarakter baik di sekolah?
Saya juga pernah melalui masa anak-anak dan remaja. Saya juga banyak melakukan kebodohan-kebodohan saat itu. Beruntungnya saya, saya tidak pernah dimaki anak bodoh, anak durhaka, anak gak tahu sopan santun saat salah.
Pendidikan saya tidak lepas dari orang tua dan guru di sekolah. Keduanya bersinergi membentuk saya menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi. Tidak hanya mengajarkan baca tulis dan hitung, orang tua dan guru-guru saya juga mengajarkan cara bergaul dengan teman, cara berbagi, cara menghormati, sampai disiplin buang sampah di tempatnya. Tanpa didikan luar biasa dari mereka, saya hanya menjadi manusia yang kasar, sombong, dan urakan.
Salah siapa mereka berperilaku begini? |
Ini Bahan Introspeksi Kita
Perilaku anak-anak remaja yang merusak taman bunga tersebut harusnya menjadi momen untuk kita berkaca kembali, apakah kita sudah mendidik dan memberi teladan bagi mereka dengan baik?Saat seorang anak berkata kasar, dari mana ia belajar kata-kata itu?
Saat seorang anak merusak kebun bunga, dari mana mereka belajar tidak peduli? Jangan-jangan dari kita.
The Power of Makian
Apakah kata-kata makian dan sumpah serapah bisa membuat mereka lebih baik? Tidak.Secara tidak sadar, kata-kata makian itu bisa tertanam dalam benak mereka.
Pernah lihat film "Butterfly Effect" ? Ada sekelompok anak yang tidak sengaja melempar petasan. Petasan tersebut ternyata memiliki daya ledak yang besar dan melukai orang lain. Anak-anak tersebut lalu dicap nakal dan pembunuh oleh orang-orang di sekitarnya. Saat dewasa pun akhirnya mereka benar-benar menjadi pembunuh dan kriminil.
Ya... Makian kita bisa merusak masa depan mereka. Masa depan mereka (setidaknya) lebih panjang dari masa depan kita, lho!
Saat kamu memaki mereka, kamu memaki seorang anak perempuan.
Saat kamu memaki seorang anak perempuan, maka kamu akan menciptakan seorang calon ibu dengan karakter yang seperti kamu sumpahi.
Saat anak itu menjadi ibu, bagaimana ia bisa mendidik anak-anaknya dengan baik?
Maka saat kamu memaki seorang anak perempuan, kamu sedang merusak peradaban selanjutnya.
Namun saat kamu mendidik seorang anak permepuan, kamu sedang mendidik peradaban selanjutnya.
... dan semoga makian kamu tidak berbalik menjadi do'a yang akan Alloh kabulkan kepada kamu sendiri. Ingat, gelombang do'a itu memantul.
Makanya jangan jahat mulutnya yaaa :p
Betul sekali ini. Saya juga sebal membaca status sumpah serapah itu. Kalau menginjak bunga saja disumpahi seperti itu, bagaimana jika membunuh? Allah saja Maha Pengampun dan penerima taubat. Terima kasih ya sudah mengingatkan untuk terus berkata2 yang baik.
ReplyDeleteMemang sih mereka kelewatan. Tapi gak juga dgn makian. Orang klo dimaki mlh makin tambah memaki. Menasehati jg hrs pke cara baik
ReplyDeleteSukaaa tulisannya, mengulas dari sudut pandang yg lain
ReplyDeletememang tidak perlu sampai sumpah serapah karena kalau baca cacian gitu kedengarannya serem banget ya. posting foto sebelum dan sesudah juga kalimat keprihatinan cukup bagus untuk kita menyadari dan mengoreksi kesalahan, bersama-sama.
ReplyDeleteSebaik-baik teguran adalah yang Tetap sopan nan santun & memberikan solusi. Hindari cacian dan makian.
ReplyDeleteSayapi gitu, malah jadi jengah melihat komentar2 negatif dari mereka.
ReplyDeleteHarusnya mereka menasehati dan menegur dengan sopan. Bukan menasehatinya dengan cara memakinya. Tapiii.. generasi orang tua jaman dulu alias kolot, biasanya menasehati anak-anak dengan cara memaki sih.. Mungkin pengaruh pendidikan yang rendah sehingga orang tua menasehati maupun memarahi dengan cara memaki.
ReplyDeletepaling males kalau udah bawa-bawa agama. hahahah. komen-komenya ngeri,,ada yang nyumpah-nyumpah juga.
ReplyDeleteana juga kaget. menurut ana ini hal yang sering nginjek2 bunga. emang sih karena mereka gak tahu jadinya ya kayak gtu. harusnya kita menasehati dalam kebaikan.
ReplyDeleteWah makjleb smw ya mbak, bawa2 agama cabe2an lagi. haduh
salam kenal.
Mereka memang salah kalau ternyata benar injak2 bunga. Tapi kalau memakinya seperti itu, apa ita dia sendiri mau dimaki seperti itu? Ngeri bgt kl kejadian kyk butterfly effect. Amit2. Nauduzubilahiminzalik ya mak..
ReplyDeleteThanks for sharing mba..betul bgt..mengingatkan
ReplyDeleteHendaknya dg cara yg baik
itu orang yg memaki juga tidak punya etika dalam berbicara. kualitasnya sama atau bahkan lebih rendah drpada mereka yg menginjak2 bunga
ReplyDeleteMereka mmg salah karena menginjak bunga, tp yg menyumpahi berlebihan juga salah. Jangan selalu limpahkan kesalahan pada ortu atau guru. Pada umur tertentu anak sudah bisa ngerti benar dan salah, bisa menentukan pilihan, dan bertanggungjawab pada hidupnya sendiri.
ReplyDeleteEnaknya di jewer aja kali ya, atau gak dihukum dengan menanam kembali bunga yang sama dan menjaga sampai tumbuh besar sampai seperti saat mereka kunjungi.
ReplyDeleteWaduh baca postingannya ngaitin sama Islam apa hubungannya? Sekaligus nyari celah mencela jilbab?
ReplyDeleteMakasi mba postingannya...
Deletehadih...malah mau ketawa baca status itu di bagian akhir mbak. yg nulis bukan perempuan kah?
ReplyDeleteThe power of makian. Sebaiknya memang harus lebih berhati-hati ya, jika sedang menulis di media sosial. Bunganya cantik ya.
ReplyDeleteBener mbak, walopun liat bunga-bunga sebagus itu rusak emang bikin gondok kuadrat. Tapi kayaknya gak perlu caci-maki segala deh :((
ReplyDeleteNaudzubillah ,, caciannya itu,, semoga ALLAH tidak mengijabahi itu cacian,, jadikan sebalikny,,untuk lebih baik :)
ReplyDeleteSemoga Butterfly Effect ini tidak terjadi :)
Mestinya dihukum aja yang katangkep kamera tengah merusak bunga dengan foto selfi. Dan yang memaki pun juga dihukum dengan teguran yang halus, agar lebih menjaga etika saat bersocmed.
ReplyDeletememang sangat disayangkan bunganya diinjak-injak...tp yang komentar2 juga serem2 euy...bikin ngerut kening... media sosial memang seram...
ReplyDeletekejadian itu potret dari kondisi pendidikan kita kah?
ReplyDeleteJadi merenung bacanya... karena ngeh kalau perempuan itu emang kunci peradaban
ReplyDeleteJadi merenung bacanya... karena ngeh kalau perempuan itu emang kunci peradaban
ReplyDeleteSedih juga mbak ngelihatnya, pemandanganya jadi enggak cantik lagi, kasihan yang merawatnya..
ReplyDeleteKalau aku idem dengan kak widya, masih kecil dan masih remaja. Anak - anak yang menginjak bunga tersebut tidak sepenuhnya salah, karena mereka masih butuh bimbingan dan arahan yang baik. Coba bercermin pada kita yang dahulu pernah mengalami masa remaja, kayak apa kah dahulu kita? Nah beda lagi kalau yang menginjak bunga - bunga tersebut orang dewasa, Menurut ku maki - makian perlu juga kak. wong sudah dewasa kok nggak ndolor, begitulah kira - kira saya berfikir. :-)
ReplyDelete